Saat kita menyaksikan ritual atau pertunjukan orang berjalan di atas bara
api, bukan hanya kita merasa kagum, tapi juga ngeri. Kagum karena kita mengira
orang tersebut berilmu tinggi atau memiliki fisik yang kuat. Jika menyangkut
ilmu, seringnya kita langsung mengaitkannya dengan magic, sihir, atau ilmu
supranatural.
Jarang sekali ada yang memandang kemampuan berjalan di atas bara api dengan
kacamata atau analisa ilmiah. Yang perlu diketahui sesungguhnya sifat api dapat
membakar apabila ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda lain.
Sedangkan jika persentuhan itu hanya sesaat maka paling hanya meninggalkan
kesan hangat saja. Dengan demikian, maka api tidak menimbulkan luka bakar jika
kita bisa mengatur irama atau kecepatan. Maka demonstrasi debus dengan berjalan
di atas api sangat sedikit resikonya karena seseorang akan berupaya untuk
melangkah agak cepat ketika kakinya bersentuhan dengan api.
Untuk lebih jelasnya, kami akan menjelaskan tehnik para pemain debus
sebelum dan pada saat melakukan atraksi berjalan diatas api, yang akan kami
jelaskan sebagai berikut :
1. Ambil arang kayu secukupnya
2. Buat arang tersebut berjajar seperti titian atau jembatan dengan lebar
antara 10-1cm dan sepanjang minimal 3 meter.
3. Tuangkan minyak tanah sehingga seluruh arah tersiram secara merata.
4. Nyalakan arang dengan korek api dan ketika api sudah mulai menyala, anda
silahkan untuk berjalan di atas api.
Pemain debus yang sudah berpengalaman tidak akan pernah ragu bahkan
langsung menginjak api tersebut dengan telapak kaki mereka. Rahasianya adalah
dengan mengetahui sifat api, bahwa api hanya membakar jika ada waktu yang cukup
untuk bersinggungan dengan benda yang diam.
Rahasia Berjalan di Atas Bara Api
Seorang
Profesor Fisika, David Willey, menemukan penjelasan ilmiah mengenai hal ini dari sudut pandang
termodinamika. Untuk membuktikannya ia melakukan sendiri dengan berjalan di
atas bara api dengan kaki telanjang. “Tidak ada yang lebih menarik para
mahasiswa daripada pertunjukan yang seolah-olah bisa membunuh saya”, kata
Willey yang merupakan penerima penghargan terbaik dalam pengajaran dari
Presiden AS di Universitas Pittsburgh, Johnstown. Seperti yang diduga, ia tidak
mengalami luka sedikit pun karena melakukannya dengan berjalan cepat. Mengapa
bisa terjadi dan dimana rahasianya?
Sejak
tahun 1930-an, para ilmuwan telah menemukan penjelasan mengapa berjalan di atas
bara api tidak melukai kulit kaki. Dewan Riset Fisika Universitas London
menemukan bahwa rahasianya ada di kayu dan bukan kekuatan gaib atau
supranatural. Bara api yang digunakan pada upacara umumnya dari kayu yang
dibakar hingga membara. Bara yang terbakar bisa mencapai suhu 538 derajat
celcius. Willey sendiri berjalan di atas bara yang suhunya mencapai 982 derajat
celcius. Kulit kaki bisa tahan terhadap panas sebesar itu, karena hanya
sebagian kecil panas yang mengalir dari bara ke kulit. Meskipun terbakar, kayu
tidak akan sepanas itu dan masih bersifat sebagai konduktor yang buruk.
Dalam
keadaan normal, kayu merupakan isolator yang baik sehingga tidak mengantarkan
panas. Konduksi merupakan bentuk perpindahan panas dari suatu material ke
material lain yang lebih dingin. Pada proses tersebut, getaran molekul-molekul
material yang panas akan bertubrukan dengan molekul-molekul yang lebih dingin
dan memindahkan energinya. Karena kayu merupakan konduktor yang buruk, energi
dalam bentuk panas tetap tertahan di dalam bara api sehingga hanya sedikityang
dipindahkan ke kulit kaki. Lapisan abu yang terbentuk di permukaan kayu juga
membantu menahan aliran panas dari dalam bara ke luar. Itulah mengapa orang
berani berjalan di atas bara tidak akan berani melakukannya di besi yang
membara. Karena bersifat konduktor yang baik, logam yang membara akan terasa
sangat panas dan dapat melukai kulit kaki. Bukan berarti tidak mungkin terbakar
sama sekali, karena perpindahan panas masih bisa terjadi. Jika seseorang
berdiri diam di atas bara selama beberapa waktu, maka orang tersebut pasti akan
mendapatkan luka bakar yang cukup serius. Namun jika seseorang membatasi kontak
kulitnya dengan bara api misalnya dalam jangka waktu yang sangat singkat atau
berjalan dengan cepat, maka kaki tidak akan mendapatkan panas yang cukup untuk
membakar kulitnya. Berjalan dengan cepat di atas bara mencegah kulit melepuh. Saat
salah satu kaki menapak di bara kayu, kaki lainnya punya kesempatan untuk
dingin kembali saat melayang di udara. Permukaan kulit mati juga menjadi
pelindung tambahan bagi kulit di bawahnya. Meski praktik berjalan kaki di atas
bara api sebaiknya dilakukan melalui tahap latihan yang cukup, pada dasarnya
semua orang yang sehat dapat melakukannya.
Luka bakar sendiri akan terjadi jika tubuh terpapar oleh suatu zat yang
bersuhu tinggi dan salah satu penyebab utama kecelakaan luka bakar adalah
terpapar api.
Berdasarkan derajat kerusakan jaringan, maka luka bakar dibedakan menjadi 3
tipe, yaitu:
1. Luka bakar derajat 1, yakni kerusakan pada lapisan epidermis yang ditandai
dengan bengkak ringan di daerah tersebut, kulit kemerahan dan luka lecet.
2. Luka bakar derajat 2, yakni kerusakan
meliputi epidermis dan sebagian dermis (lapisan kulit yang
lebih dalam), timbul rasa nyeri, infeksi dan terkadang dehidrasi.
3. Luka bakar derajat 3, yakni kerusakan
meliputi seluruh lapisan dermis, mengenai lapisan otot dan tulang serta terjadi
infeksi.
0 comments:
Post a Comment