This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday 7 November 2010

Konsep Diri

-->
Konsep diri

Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan hampir semua, sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif. Dari situlah muncul problem seperti inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri. Artikel berikut akan mengulas tentang konsep diri, apa dan bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap munculnya problem yang dialami manusia sehari-hari.

Konsep Diri

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.  
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.

Proses Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.  
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.

Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti :
Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

Depresi 
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.

Kritik internal 
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

Merubah Konsep Diri


Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :

Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way....

Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ?

Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.

Berpikir positif dan rasional
We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha).  Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.


Yunani



















Berpikir Cemerlang












Tanda Kedewasaan Seorang Pemimpin


Tanda Kedewasaan Seorang pemimpin


Istilah adult berasal dari bahasa latin yang diambil dari kata adultus berarti telah tumbuh menjadi kekuatan  dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Hurlock, 1992). Oleh karena itu seorang yang disebut dewasa adalah individu yang telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat.  Sedangkan kedewasaan atau kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi.... (a state of becoming).

Meski tidak ada seorangpun yang sanggup untuk bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan semua aspek-aspek kehidupan, dengan kedewasaan yang penuh. Tapi bagaimanapun juga, dalam dunia kerja seorang pimpinan akan dituntut untuk menangani permasalahan-permasalahan secara lebih dewasa. Oleh karena itu, ia setidaknya harus memiliki beberapa ciri yang menunjukkan kedewasaan tersebut. Kesuksesan dan kegagalan seseorang untuk memimpin dan mengarahkan bawahannya akan sangat tergantung pada kedewasaan sikap dan tindakan yang akan diambilnya. Bagaimana bentuk kedewasaan yang dituntut untuk dimiliki tersebut? Dibawah ini akan diungkapkan beberapa kualitas yang seharusnya dimiliki seorang pimpinan agar ia dianggap dapat bersikap dewasa. Setiap kualitas yang satu menjadi kewajiban untuk mencapai kualitas yang lainnya, dan menjadi bagian dari diri sang pemimpin dalam menunaikan tugas sebagai seorang yang dianggap sudah dewasa penuh.

Adapun ciri-ciri kedewasaan yang harus dimiliki oleh sorang pemimpin adalah sebagai berikut: 

Menghargai Orang Lain

Seorang pimpinan yang baik harus bekerja bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa ia harus bekerja dengan kekuatan- kekuatan, kelemahan-kelemahan, kesanggupan, dan  kekurangan-kekurangan dari orang lain itu. Jika dia dewasa, dia akan menghargai perbedaan yang ada tersebut dan tidak akan mencoba untuk membentuk orang lain agar sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak memperalat bawahan untuk kepentingannya sendiri. Ia sanggup untuk menerima kenyataan yang ada, bahwa setiap orang memiliki andil terhadap hasil akhir suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama-sama (teamwork). 

Hal ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin yang dewasa mempunyai hati yang lemah. Ia menerima orang lain, bukan berarti memanjakan mereka untuk selamanya termasuk jika kekurangan mereka (bawahan) akan mengganggu dan mempengaruhi tujuan secara keseluruhan. Seorang pimpinan yang dewasa harus mampu memberhentikan atau memecat seseorang yang tidak lagi memberikan sumbangan terhadap kemajuan atau kebaikan organisasi. Hal ini penting sebab merupakan suatu ketidakadilan bagi perusahaan dan orang lain jika orang yang tidak lagi mampu memberikan kontribusi masih tetap dipertahankan.

Sabar

Pemimpin yang dewasa dapat belajar menerima kenyataan bahwa untuk beberapa permasalahan memang tidak ada penyelesaian atau pemecahan yang mudah. Ia tidak akan dengan mudah menerima pemecahan masalah pertama yang disarankan. Ia akan menghargai fakta dan akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi sebelum memberi saran pemecahan. Bukan saja ia bersedia sabar, tetapi ia tahu benar perlunya beberapa alternatif untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah. 

Penuh Daya Tahan

Semua mahluk hidup pasti pernah mengalami sakit, kesulitan dan kekecewaan. Begitupun dengan seorang pemimpin tidak akan pernah luput dari permasalahan seperti itu. Biarpun demikian seorang pemimpin yang dewasa akan bangkit lagi dan sehat lagi setelah diterpa kemalangan yang bertubi-tubi dengan harapan dan daya tahan yang dimilikinya. Ia akan berusaha jujur dan tidak akan berpura-pura semua keadaan baik-baik saja. Ia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan-kesalahan diperbaiki dan ia tidak akan membuang waktu untuk menyesali dan meratapi kesalahan yang sudah berlalu. Kegagalan akan meremukan dan menghancurkan orang yang lemah, sedangkan seorang dengan kepribadian dewasa akan mengambilnya sebagai pelajaran dari pengalaman yang sangat berharga.

Sanggup Mengambil Keputusan

Orang yang dewasa, disamping kesabaran dan ketabahannya untuk mencari pemecahan masalah, juga harus mampu untuk mengambil suatu keputusan, walaupun hanya menggunakan data atau informasi yang sangat minim, kurang lengkap atau masih kabur. Setelah menimbang fakta yang ada, ia akan segera menyadari bahwa dalam suatu waktu suatu tidakan harus segera diambil. Dengan menyadarkan dirinya terhadap keyakinan dirinya dan terhadap orang-orang disekitarnya ia harus sanggup untuk mengambil dan memikul resiko yang sudah diperhitungkan olehnya.

Peter Drucker pernah menyatakan bahwa masa depan tidak pernah ada kepastian, tetapi hanya ada kemungkinan-kemungkinan. Seorang pemimpin yang dewasa harus belajar menerima hal ini. Ia harus mampu untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan perkiraan-perkiraan atau kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat diperoleh, sebab ia tahu jika menunggu untuk memperoleh kepastian yang menyeluruh maka keputusan yang diambil mungkin sudah terlambat.

Menyenangi Pekerjaan

Seseorang yang memiliki emosi yang sehat atau memiliki kepribadian dewasa akan mengetahui bagaimana menikmati pekerjaannya. Apapun jenis pekerjaannya seseorang yang dianggap dewasa akan jarang bermalas-malasan. Ia mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam melakukan tugas dengan baik dan ia merasa bangga melaksanakan tugas tersebut. Para pemimpin yang dewasa akan memperoleh kepuasan dalam menangani suatu pekerjaan dan  tidak menggagap pekerjaan sebagai beban hidup.

Bagi seorang yang berkepribadian dewasa pekerjaan sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya sebagai seorang individu.  Pekerjaan merupakan jalan bagi dirinya untuk mengungkapkan dirinya (aktualisasi diri). Dengan bekerja dirinya akan merasa terjamin untuk tidak berkubang dengan kecemasan-kecemasan dan permasalahan-permasalahan dirinya sendiri.

Menerima Tanggung Jawab

Orang yang tidak dewasa akan mengeluh dan menyesal tentang kegagalan yang mereka alami. Mereka akan merasa bahwa kegagalan yang mereka alami merupakan kesalahan orang lain dan nasib baik sedang menjauhi mereka. Untuk menghindari kegagalan, mereka cenderung untuk tidak menerima tanggung jawab.  Sebaliknya bagi mereka yang berkepribadian dewasa segala kesuksesan dan kegagalan merupakan tanggungjawab diri sendiri. Mereka menyadari bahwa setiap orang memerlukan ketabahan dan kekuatan serta tempat berlindung pada saat-saat sulit, dan yang bertanggung jawab untuk menangani hal tersebut adalah diri sendiri

Percaya pada orang lain/kekuatan lain seperti dukun, pimpinan, nasib baik, dll, untuk memecahkan masalah merupakan suatu tanda ketidakdewasaan. Kepercayaan terhadap kekuatan diri sendiri dan berani menerima tanggung jawab dalam kehidupan sangat penting untuk menimbulkan rasa aman dan kebahagiaan

Percaya Pada Diri Sendiri

Seorang pimpinan yang dewasa akan  menyambut baik partisipasi orang lain, walaupun menyangkut pengambilan keputusan yang sulit. Hal tersebut terjadi karena mereka sangat yakin dan percaya terhadap kemampuan mereka sendiri sehingga tidak ada rasa takut untuk berkompetisi. Mereka akan mudah melihat dan mengenal bahwa orang lain yang memiliki ide-ide dan fikiran yang berharga. Bagi mereka kekuatan orang lain hanya akan menjadi ancaman bagi orang yang tidak merasa aman, dan yang tidak ada kepercayaan terhadap dirinya sendiri.
Seorang pimpinan yang dewasa akan memperoleh kepuasan berdasarkan prestasi yang dilakukan oleh bawahannya. Ia akan merasa bangga dalam keyakinan dan kesadaran bahwa bawahannya adalah tanggung jawabnya. Sebaliknya bagi seorang pimpinan yang tidak dewasa akan merasa sebagai suatu hal yang pahit dan menyakitkan apabila diberikan situasi yang serupa. 


Memiliki Rasa Humor

Tertawa adalah sehat. Orang yang dewasa atau matang setuju dengan ucapan itu. Namun demikian orang yang dewasa tidak akan membuat orang tertawa dengan cara merugikan atau melukai perasaan orang lain. Mereka juga tidak akan tertawa jika orang lain dalam keadaan susah atau terluka perasaannya.

Orang yang sehat emosinya akan selalu mengingat bahwa humor itu harus baik sifatnya dan menyebarkan kebahagiaan bagi yang mendengarkannya. Orang yang dewasa akan menggunakan humor bukan sebagai alat pemukul atau menjatuhkan orang lain, tetapi sebagai alat untuk melicinkan suasana dan mengendorkan ketegangan

Memiliki Kepribadian yang Utuh

Orang yang dewasa, bukanlah orang yang membuang-buang dan menyia-nyiakan energinya dengan memakai dan menggerakkan seluruh energinya ke berbagai arah yang tidak menentu, bahkan sering bertentangan arah. Pada umumnya mereka adalah orang yang teratur dan sudah terorganisir serta dapat menangani problemnya dengan efektif. Mereka bukan orang yang mudah beralih perhatian atau menyimpang dari rencana oleh karena keinginan-keinginan yang muncul dengan tiba-tiba, tetapi mereka dapat dengan mudah beralih dari kegiatan yang satu ke kegiatan yang lain tanpa kebingunagan dan kekacauan.

Seimbang 

Seorang pemimpin yang dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang seimbang. Ia merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan dan tahu persis posisi dan peranannya di dalam perusahaan.  Ia pintar menempatkan diri sehingga tidak menyulitkan dirinya dan perusahaan. Ia  sanggup untuk bekerja keras dan selalu siap mengatasi tekanan yang diterimanya serta dapat menikmati masa senggangnya dengan baik.

Menerima Diri Sendiri 

Para pemimpin yang efektif  mempunyai pandangan dan penilaian yang baik terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Pada kenyataannya hal ini sangat menentukan kesuksesan seorang pemimpin. Namun hanya pemimpin yang memiliki kedewasaan yang dapat memilih dan mengumpulkan pembantu-pembantu dan orang-orang dekatnya untuk saling menutupi kekurangan dan kelemahan. Karena ia dapat melihat dan menilai diri sendiri dengan baik secara objektif dan realistis, maka ia akan sanggup untuk menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif. Ia juga akan terbebas dari rasa frustrasi yang mungkin timbul karena kegagalan mencapai suatu hal yang diluar  kemampuan dirinya.

Memiliki Prinsip yang Kuat

Banyak pemimpin yang sungguh-sungguh melihat perusahaan sebagai suatu mahluk hidup yang harus dijaga dan dipelihara. Mereka memandang dirinya sebagai pengawal bagi keselamatan dan kebaikan perusahaan. Mereka menganggap dirinya berperan sebagai pengasuh dan pelindung perusahaan yang kemudian meneruskan dan menyerahkan pengawalan dan fungsi mengasuh tersebut kepada penerusnya.

Hal tersebut pula yang menjelaskan mengapa pemimpin tidak akan segan-segan untuk bersikap keras dan tegas dalam menghadapi orang lain bila menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup perusahaan. Mereka memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditanamkan dalam perusahaan dan tidak akan kenal kata menyerah jika dihadapkan paa soal hidup matinya perusahaan

Friday 5 November 2010

Tata Ruang Ramah Lingkungan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pada konteks kekinian pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan menempati tantangan terdepan untuk disadari, ditangani dan dikelola secara benar dan bijak agar bumi tempat manusia hidup dapat berumur panjang dan berkelanjutan demi kemaslahatan umat manusia dan lingkungannya.
Jumlah pertumbuhan penduduk di perkotaan yang sangat signifikan menjadi beban yang ditanggung oleh lingkungan, diantaranya limbah padat dan cair yang semakin besar, sampah, pencemaran udara, air dan tanah, serta kekumuhan lingkungan perumahan yang kita lihat sehari-hari.
Belum lagi efek pemanasan global yang seharusnya semakin membuat manusia sadar untuk bersahabat dengan alam. Konsep penghijauan terus digiatkan, termasuk konsep hunian hijau yang kini menjadi pilihan banyak orang. Bentuk arsitektur bangunan (rumah, gedung) harus berempati, tanggap, dan memberikan solusi terhadap kondisi bumi yang kini mulai kepayahan menghadapi manusia. Salah satunya adalah memadukan bangunan (rumah, gedung) yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Hunian hijau yang ramah lingkungan diharapkan ikut berperan dalam mengurangi emisi penyebab pemanasan global dan menjaga kelestarian lingkungan. Namun, membangun hunian dengan konsep hijau bukan sekadar membuat taman dan pepohonan di kiri kanan jalan. Sebab, hunian hijau secara luas berarti berwawasan lingkungan dan proses berkelanjutan, yaitu meliputi keseimbangan ekologis, disain rumah yang ramah lingkungan, ada pemberdayaan bagi penghuni, penegakan hukum sesuai tata ruang dan wilayah, serta memperhatikan etika dan kenyamanan warga.
Dalam masa mendatang perlu kiranya dipikirkan kembali tentang arsitektur yang berwawasan lingkungan, bangunan yang berwawasan lingkungan dan rumah yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan pula perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berkembang terus.

B.   Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan konsep dasar dari perencanaan tata ruang bangunan yang berwawasan ramah lingkungan

C.   Batasan Pembahasan
Pada penulisan makalah ini, pembahasan terbatas pada tata ruang rumah yang berwawasan ramah lingkungan
D.   Metode dan Sistematika Pembahasan
1.    Metode pembahasan
Pembahasan dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada kemudian mengelompokkan dan mengaitkan antara setiap variabel yang pada akhirnya menarik suatu kesimpulan, juga mengadakan studi literatur dengan pembahasan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.      
2.    Sistematika pembahasan
Merupakan urutan langkah-langkah dalam beberapa tahap pembahasan, antara lain :
Bab I    :    Memberikan gambaran umum tentang latar belakang, tujuan pembahasan, batasan pembahasan, serta metode dan sistematika pembahasan.
Bab II    :    Tinjauan  pustaka berisi teori-teori dan konsep dari tata ruang rumah yang berwawasan ramah lingkungan.
Bab III  :    Penerapan disain dan best practice tata ruang rumah yang berwawasan ramah lingkungan.
Bab VI    :  Penutup, memuat elaborasi dan rincian kesimpulan dari pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Definisi
Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (www.wikipedia.org).
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial, ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. (www.wikipedia.org)
Tata ruang ramah lingkungan adalah wujud struktur ruang dan pola ruang dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability)

B.   Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan
Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010, tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan, Bab II pasal 4 dijelaskan bahwa kriteria bangunan ramah lingkungan sebagai berikut:
1.    Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi:
a.    Material bangunan yang bersertifikat eco-label
b.    Material bangunan lokal.
2.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain:
a.    Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi
b.    Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air
c.    Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
3.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain:
a.    menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca.
b.    Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.
4.    Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain:
a.    Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon.
b.    Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
5.    Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestikpada bangunan gedung antara lain:
a.    Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus
b.    Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
6.    Terdapat fasilitas pemilahan sampah
7.    Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain:
a.    Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;
b.    Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
8.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:
a.    Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir.
b.    Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim.
c.    Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang.
d.    Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan.
9.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain:
a.    Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut.
b.    Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.

C.   Keuntungan Tata  Ruang Ramah Lingkungan
Disain tata ruang ramah lingkungan memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
1.    Mengurangi biaya operasi
a.    Efisiensi energi
1)    Disain ruang yang tanggap terhadap cuaca dan memakai teknologi hemat energi dapat mengurangi pemakaian pemanas dan pendingin sampai 60% serta, memotong pemakaian cahaya hingga 50% pada bangunan.
2)    Pengembalian break evan point untuk bangunan yang menerapkan sustainable building lebih cepat dan lebih tinggi daripada bangunan yang tidak menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable building.
3)    Partisipasi masyarakat dengan menerapkan program penghematan pemakaian listrik secara menyeluruh dapat menghemat jutaan watt listrik dan mengurangi tagihan listrik nasional pertahun.
b.    Efisiensi air
Disain ruang yang tepat akan meminimalkan penggunaan air yang berlebih.
c.    Pengurangan sampah konstruksi
1)    Sampah konstruksi dan demolisi adalah 35-40% dari sampah padat municipal.
2)    Daur ulang sampah konstruksi dan demolisi dapat memberikan penghematan yang berarti. Perluasan lahan konstruksi bukan hanya dengan cara menguruk lahan tapi bisa juga dengan cara waste hauling dan tipping fest.
3)    Daur ulang menciptakan pekerjaan. Merubah material-material sisa ini menjadi local processors jauh lebih baik dari pada hanya dijadikan bahan untuk menguruk tanah serta dapat menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru.
2.    Mengurangi biaya pokok.
a.    Rehabilitasi bangunan yang sudah ada dapat mengurangi biaya infra struktur dan material.
b.    Disain yang terintegrasi dapat menghemat biaya sehingga biaya-biaya tersebut dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lain.
c.    Gedung yang hemat energi dapat mengurangi kebutuhan peralatan, pengurangan pemakaian peralatan seperti chiller atau insulasi seperti penahan panas.
d.    Dengan mempergunakan pervious paving dan strategi runoff prevantion dapat mengurangi ukuran dan biaya dari struktur management stormwater .
3.    Mengekspansi jangka waktu untuk mendapatkan keuntungan infestasi
Saat ini melalui analisa biaya life cycle building dapat dilihat nilai bersih sebuah design sebagai infestasi. Tujuan utama ialah untuk mencapai performance lingkungan yang paling baik dan paling efektif dalam biaya, jika memungkinkan hingga melewati dari masa perkiraan proyek tersebut. Dalam perputaran hidup sebuah bangunan 2% kurang lebih dari biaya keseluruhan life cycle adalah untuk biaya bangunan, 6% biaya operasi dan maintenance dan 92% adalah biaya personel.
Banyak penilaian bangunan (green building) memakai perkiraan ekonomi jangka panjang yang baik jika nilai pertama dikurangkan dari semua simpanan (saving) untuk masa depan, dan simpanan tersebut dikalkulasi dengan nilai (rate) pasar kapitalis (market capitalization).
Dengan kata lain banyak bangunan (green building) dinilai sebagai investasi yang nilainya akan bertambah sejalan dengan waktu, bahkan lebih dari nilai pasar.
Pengeluaran awal yang terlalu irit biasanya akan menghasilkan bangunan dengan pembiayaan yang lebih tinggi sepanjang life cycle dari bangunan tersebut.
4.    Meningkatkan produktifitas dan kesehatan manusia
a.    Dengan meningkatkan lingkungan dalam ruang maka dapat meningkatkan produktifitas pegawai sehingga 16%.
b.    Pegawai yang bekerja di lingkungan dalam ruang yang sehat cenderung kurang melakukan absen dan mau bekerja lebih lama.
c.    US Environmental Protecion Agency menilai bahwa polusi udara di dalam ruangan termasuk dalam lima tertinggi factor yang membahayakan kesehatan. Sepertiga dari bangunan-bangunan ditemukan mempunyai kondisi ruang dalam yang jelek.
d.    Sindrome “bangunan sakit” dan penyakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan diperkitakan memakan biaya perobatan jutaan rupiah per tahun dan hilangnya jumlah produktifitas pekerja.
e.    Keuntungan bagi penyewa bangunan green building selain secara keseluruhan mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, lingkungan kerja yang baik, kurangnya kecenderungan absen pegawai, moral pegawai yang lebih baik, tapi juga menjadi “terpandang” di mata komunitas lain.
f.     Memastikan kondisi ruang dalam yang sehat dapat mengurangi asuransi, biaya operasional dan resiko bahaya.
D.   Perencanaan dan Perancangan Rumah yang Berwawasan Lingkungan
Susan Maxman, 2001, menegaskan bahwa, sebenarnya eko arsitektur atau arsitektur berwawasan lingkungan adalah bukan sebuah resep atau menu, itu merupakan pendekatan dan sikap saja, bahkan bukan sebuah label. Cukup menyebut arsitektur saja.
Namun di sini ingin ditekankan bagaimana perencanaan dan perancangan rumah dan lingkungan sebagai arsitektur hunian, memang memperhatikan ekologi.
Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan bahwa eko-arsitektur adalah :
1.    Holistis, berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagianbagian.
2.    Memanfatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.    Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.    Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan ke dua belah pihak.
Dari pendekatam tersebut (Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx. Bambang, 1998) maka dapat dipahami bahwa kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya, kehidupan bukan merupakan faktor penentu, melainkan suatu sistem keseluruhan, termasuk kehidupan dan lingkungan material.
Dalam arsitektur tradisional di Indonesia, pendekatan ekologis sudah sejak dahulu dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang kita, kendati barangkali landasan utamanya belum landasan teori dan keilmuan, melainkan lebih karena agama, kepercayaan atau mitos (Budihardjo, Eko,Prof. Dr. Ir. MSc, 2003).
Pada masa sekarang dalam membangun rumah, setidak-tidaknya memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu :
1.    Sehat, ditinjau dari segi kesehatan itu sendiri, sebuah rumah yang sehat memiliki hubungan yang baik dengan lingkungannya yang berkaitan dengan air, udara, tanah, iklim dan panas matahari (energi) serta flora dan fauna sekitar, sehingga memberi kesehatan optimal pada penghuninya baik fisik maupun psikis.
2.    Cukup kuat dan aman, ditinjau dari segi teknis teknologis, sebuah rumah harus benar strukturnya, tahan gempa, angin, hujan dan unsur iklim lainnya, dan tahan terhadap berbagai beban struktur yang harus dipikul. Pemilihan bahan bangunannyapun yang relatif mudahdiperoleh dan tepat guna.
3.    Relatif terjangkau, ditinjau dari kemampuan ekonomi penghunian serta keterjangkauan sosial.
4.    Cukup indah dan nyaman, dalam arti memiliki desain yang baik,sebagai gabungan tiga syarat di atas, yang dapat memenuhi kebutuhan inderawi, rasa dan matra lainnya dari manusia.
Proses perencanaan dan perancangan (desain) yang berwawasan
lingkungan memperhatikan tiga tingkatan (Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx.
Bambang, 2001) yaitu :
1.    Perencanaan yang ekologis
2.    Pembangunan dan kesehatan manusia dan lingkungan
3.    Bahan bangunan yang sehat









               
Gambar 1.  Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku
Sumber : Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx. Bambang, 1998, Dasar-dasar Eko-Arsitektur, halaman 75












Gambar 2. Keterkaitan bangunan dan alam lingkungannya

Substansi pada gambar 1 dan 2 menunjukkan proses perencanaan dan perancangan dengan logika eko-sentris, mengikuti kaidah-kaidah perencanaan dan perancangan yang seharusnya, dengan mementingkan hubungan dan keterkaitan bangunan dengan alam lingkungannya.
Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai berikut:
1.    Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan kekhasan aktivitas manusia pemakaiannya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bngunan
2.    Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan,  baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air).
3.    Sistem bangunan bentuk yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara oleh tenaga kerja setempat.
4.    Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran. Di dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana yang sehat.
Adapun arahan perencanaan bangunan ekologis adalah:  perlindungan terhadap panas matahari, pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alamiah siang hari, pemanfataan angin untuk pengkondisian udara alamiah, dan antisipasi terhadap curah hujan/kelembaban










Gambar 3. Conceptual drawing of green building
 
BAB III
PENERAPAN DISAIN DAN BEST PRACTICE TATA RUANG RUMAH YANG BERWAWASAN RAMAH LINGKUNGAN

Pada best practice tata ruang rumah yang berwawan ramah lingkungan kami bagi atas empat bagian yaitu: bagian atas, bagian tengah, bagian bawah, dan gaya hidup.
A.   Bagian Atas
1.    Perlu dibuatkan lubang angin pada bagian atap untuk mengalirkan udara yang tertahan di atap (meminimalisasi tekanan udara yang terlalu tinggi) serta menggunakan atap miring
 










Gambar 4. Lubang angin pada bagian atap
Sumber: www.google.com  
2.    Jika memang harus mengunakan atap datar, maka gunakan green roof. Atap rumput dapat menjadi taman rumah juga dapat mengurangi tekanan panas matahari ke dalam bangunan, sehingga ruang dalam rumah tetap sejuk
Green roof
 
 
Gambar 5. Pengaplikasian green roof pada bangunan
Sumber: www.google.com
3.    Skylight, sebagai pencahayaan alami pada ruang





                Gambar 6. Pengaplikasian skylight  pada bangunan
4.    Peletakkan atap yang tinggi (menghasilkan ruang insulasi yang besar untuk panas yang datang dari atap) dapat menghadirkan nuansa dingin pada ruang dalam rumah.









Gambar 7. Pengaplikasian atap tinggi


B.   Bagian Tengah
1.    Letak rumah dapat dipertimbangkan untuk menghadap utara dan selatan untuk menghindari pancaran radiasi matahari yang langsung (dari timur pada pagi hari dan dari arah barat di sore hari). Selain itu, letak rumah mungkin harus diletakkan tegak lurus dengan arah datangnya angin.

Untitled-Scanned-06





               
Gambar 8. Pengaruh letak bangunan terhadap sinar matahari dan angin
Sumber : Frick, Heinz & Mulyani, Tri Hesti, 1998, Arsitektur Ekologis.
Halaman 40









Gambar 9. Pengaruh sinar matahari dan angin pada bangunan
Sumber : www.google.com

2.    Lay-out ruangan (tata ruang) harus tepat sehingga dapat menghasilkan kenyamanan visual dan kenyamanan thermal. Penempatan ruang haruslah cermat dan cerdas. Ruang-ruang yang memiliki kehidupan di malam hari (seperti: ruang tidur), dapat ditempatkan disisi timur rumah, karena dari siang sampai pada sore hari, sinar matahari datang menyinari sisi barat rumah sehingga suhu dinding barat cenderung lebih tinggi. Selain itu, lay-out terbuka (open space) dapat memberikan kenyamanan visual dan thermal yang lebih baik (selama didukung aspek hijau lainnya).














                Gambar 10. Lay out ruang dan open space

3.    Keberadaan kolam atau air mancur dapat mengurangi ketidaknyamanan akibat udara yang lembab. Selain itu, kehadiran taman dengan tumbuh-tumbuhan yang tepat dapat ikut mengurangi ketidaknyamanan.








Gambar 11. Kolam dan vegetasi

4.    Material dinding dan material atap dipilih yang memiliki konduktivitas panas yang rendah sehingga mengurangi panas yang masuk. Pemilihan warna material yang tepat dapat juga membantu mengurangi sinar matahari yang masuk.
5.    Bukaan yang luas memudahkan aliran udara dan cahaya sinar matahari masuk ke dalam rumah sehingga diharapkan dapat menghasilkan penghawaan alami dan pencahayaan alami. Penghawaan alami dapat terjadi jika memiliki dua bukaan pada dua sisi dinding.






Gambar 13. Bukaan pada jendela

6.    Perbanyak bukaan dan hindari bentuk yang masif (tertutup). Dinding, pagar dan garasi dapat menjadi teman untuk masuknya udara dan cahaya ke dalam rumah. Terapkan lah pada mereka, bentuk-bentuk yang terbuka, tetapi tetap terjaga dari sisi keamanan.
7.    Peletakan titiki-titik lampu dan alat elektronik haruslah tepat. Titik-titik lampu sebaiknya disinkronisasikan dengan letak bukaan (pencahayaan alami) sehingga bisa mengurangi penggunaan listrik. Letak AC jangan diletakkan di dekat bukaan untuk mengefisiensikan daya listrik yang digunakannya.

C.   Bagian Bawah
1.    Ruang terbuka hijau (taman), minimal 30% dari luas tanah dan meyediakan sumur biopori di perkarangan rumah, untuk mendukung daerah resapan di rumah.
2.    Jika terbatas, carport dapat dibuat dengan menggunakan material yang tidak masif, seperti paving blok sehingga memungkinkan air tetap dapat terserap ke dalam tanah.
3.    Tata letak septiktank,sumur resapan dan biopori yang benar mesti diperhatikan sehingga mengurangi dampak kesehatan yang buruk.
D.   Gaya Hidup
Tata ruang ramah lingkungan tidak akan berjalan seimbang bila manusianya tidak sadar akan pentingnya ramah terhadap lingkungan. Rumah bukanlah hanya sebagai obyek sang manusia. Rumah dan sang imanusia merupakan satu kesatuan yang harus berjalan seiring, selaras dan semakna. TerIntegrasinya manusia hijau dan rumah hijau akan menciptakan nilai hijau yang diimpikan. Mestinya kita juga mengunakan recycled material (daur ulang), seperti: bambu, batu, aluminium hasil daur ulang, dan material lain yang dapat diperbaharui atau memiliki sumber yang berlimpah di daerah tersebut. Gunakan pula material yang banyak terletak di dekat lokasi pembangunan rumah (atau produk lokal) sehingga mengurangi mobilisasi material dan dapat memberikan nilai hijau bukan hanya pada hasil, tetapi juga pada proses nya.
BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Adapun yang dapat kami simpulkan pada makalah “Tata Ruang Ramah Lingkungan” adalah:
1.    Kriteria bangunan ramah lingkungan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010, tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan, pada Bab II pasal 4, sebagai berikut:
a.    Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan.
b.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung.
c.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi.
d.    Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung.
e.    Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestikpada bangunan gedung.
f.     Terdapat fasilitas pemilahan sampah
g.    Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan.
h.    Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan.
i.      Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana.
2.    Keuntungan disain tata ruang ramah lingkungan adalah: mengurangi biaya operasi, mengurangi biaya pokok, mengekspansi jangka waktu untuk mendapatkan keuntungan infestasi dan meningkatkan produktifitas dan kesehatan manusia.
3.    Arahan perencanaan bangunan/ruang yang ekologis adalah:  perlindungan terhadap panas matahari, pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alamiah siang hari, pemanfataan angin untuk pengkondisian udara alamiah, dan antisipasi terhadap curah hujan/kelembaban
4.    Tata ruang ramah lingkungan tidak akan berjalan seimbang bila manusianya tidak sadar akan pentingnya ramah terhadap lingkungan.

B.   Saran
Diharapkan agar penulisan selanjutya, membahas lebih mendetail pada typikal peruangan (misalnya, ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, dan dapur) dikaitkan dengan konsep ramah lingkungan