Thursday 19 April 2012

The Secret of Fire Walking




Saat kita menyaksikan ritual atau pertunjukan orang berjalan di atas bara api, bukan hanya kita merasa kagum, tapi juga ngeri. Kagum karena kita mengira orang tersebut berilmu tinggi atau memiliki fisik yang kuat. Jika menyangkut ilmu, seringnya kita langsung mengaitkannya dengan magic, sihir, atau ilmu supranatural.
Jarang sekali ada yang memandang kemampuan berjalan di atas bara api dengan kacamata atau analisa ilmiah. Yang perlu diketahui sesungguhnya sifat api dapat membakar apabila ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda lain. Sedangkan jika persentuhan itu hanya sesaat maka paling hanya meninggalkan kesan hangat saja. Dengan demikian, maka api tidak menimbulkan luka bakar jika kita bisa mengatur irama atau kecepatan. Maka demonstrasi debus dengan berjalan di atas api sangat sedikit resikonya karena seseorang akan berupaya untuk melangkah agak cepat ketika kakinya bersentuhan dengan api.
Untuk lebih jelasnya, kami akan menjelaskan tehnik para pemain debus sebelum dan pada saat melakukan atraksi berjalan diatas api, yang akan kami jelaskan sebagai berikut : 
1.   Ambil arang kayu secukupnya
2.   Buat arang tersebut berjajar seperti titian atau jembatan dengan lebar antara 10-1cm dan                sepanjang minimal 3 meter.
3.   Tuangkan minyak tanah sehingga seluruh arah tersiram secara merata.
4.  Nyalakan arang dengan korek api dan ketika api sudah mulai menyala, anda silahkan untuk berjalan di atas api.
Pemain debus yang sudah berpengalaman tidak akan pernah ragu bahkan langsung menginjak api tersebut dengan telapak kaki mereka. Rahasianya adalah dengan mengetahui sifat api, bahwa api hanya membakar jika ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda yang diam.






Rahasia Berjalan di Atas Bara Api

Seorang Profesor Fisika, David Willey, menemukan penjelasan ilmiah mengenai hal ini dari sudut pandang termodinamika. Untuk membuktikannya ia melakukan sendiri dengan berjalan di atas bara api dengan kaki telanjang. “Tidak ada yang lebih menarik para mahasiswa daripada pertunjukan yang seolah-olah bisa membunuh saya”, kata Willey yang merupakan penerima penghargan terbaik dalam pengajaran dari Presiden AS di Universitas Pittsburgh, Johnstown. Seperti yang diduga, ia tidak mengalami luka sedikit pun karena melakukannya dengan berjalan cepat. Mengapa bisa terjadi dan dimana rahasianya?
Sejak tahun 1930-an, para ilmuwan telah menemukan penjelasan mengapa berjalan di atas bara api tidak melukai kulit kaki. Dewan Riset Fisika Universitas London menemukan bahwa rahasianya ada di kayu dan bukan kekuatan gaib atau supranatural. Bara api yang digunakan pada upacara umumnya dari kayu yang dibakar hingga membara. Bara yang terbakar bisa mencapai suhu 538 derajat celcius. Willey sendiri berjalan di atas bara yang suhunya mencapai 982 derajat celcius. Kulit kaki bisa tahan terhadap panas sebesar itu, karena hanya sebagian kecil panas yang mengalir dari bara ke kulit. Meskipun terbakar, kayu tidak akan sepanas itu dan masih bersifat sebagai konduktor yang buruk.
Dalam keadaan normal, kayu merupakan isolator yang baik sehingga tidak mengantarkan panas. Konduksi merupakan bentuk perpindahan panas dari suatu material ke material lain yang lebih dingin. Pada proses tersebut, getaran molekul-molekul material yang panas akan bertubrukan dengan molekul-molekul yang lebih dingin dan memindahkan energinya. Karena kayu merupakan konduktor yang buruk, energi dalam bentuk panas tetap tertahan di dalam bara api sehingga hanya sedikityang dipindahkan ke kulit kaki. Lapisan abu yang terbentuk di permukaan kayu juga membantu menahan aliran panas dari dalam bara ke luar. Itulah mengapa orang berani berjalan di atas bara tidak akan berani melakukannya di besi yang membara. Karena bersifat konduktor yang baik, logam yang membara akan terasa sangat panas dan dapat melukai kulit kaki. Bukan berarti tidak mungkin terbakar sama sekali, karena perpindahan panas masih bisa terjadi. Jika seseorang berdiri diam di atas bara selama beberapa waktu, maka orang tersebut pasti akan mendapatkan luka bakar yang cukup serius. Namun jika seseorang membatasi kontak kulitnya dengan bara api misalnya dalam jangka waktu yang sangat singkat atau berjalan dengan cepat, maka kaki tidak akan mendapatkan panas yang cukup untuk membakar kulitnya. Berjalan dengan cepat di atas bara mencegah kulit melepuh. Saat salah satu kaki menapak di bara kayu, kaki lainnya punya kesempatan untuk dingin kembali saat melayang di udara. Permukaan kulit mati juga menjadi pelindung tambahan bagi kulit di bawahnya. Meski praktik berjalan kaki di atas bara api sebaiknya dilakukan melalui tahap latihan yang cukup, pada dasarnya semua orang yang sehat dapat melakukannya.

Luka bakar sendiri akan terjadi jika tubuh terpapar oleh suatu zat yang bersuhu tinggi dan salah satu penyebab utama kecelakaan luka bakar adalah terpapar api.
Berdasarkan derajat kerusakan jaringan, maka luka bakar dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1.  Luka bakar derajat 1, yakni kerusakan pada lapisan epidermis yang ditandai dengan bengkak   ringan di daerah tersebut, kulit kemerahan dan luka lecet.
2.   Luka bakar derajat 2, yakni kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis (lapisan kulit yang lebih dalam), timbul rasa nyeri, infeksi dan terkadang dehidrasi.
3.   Luka bakar derajat 3, yakni kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis, mengenai lapisan otot dan tulang serta terjadi infeksi.




0 comments:

Post a Comment